di sini ku berjinjit
di tepi sebuah dinding
dinding tak tembus pandang
tak jua terobohkan daya
sekat impian dan kenyataan.
Di sini ku mengintip
gemerlap mimpi dan gemerincing bintang
membuai dan menyilaukan
lalu, disadarkan sebuah jeweran.
Aku hanya jemuran yang terkatung-katung di tiang
tanpa penyangga tanpa penopang
terpasung penjepit pakaian
kubergantung pada seutas tali
yang kadang tebal kadang tipis
sepi, sunyi, sendiri
beruntung masih ada matahari.
Berkali-kali hujan berganti kemarau
aku kering kerontang
sisa bilasan terakhir mengering di badan
aku kedinginan.
Ronaku pudar
warnaku kian suram
jiwaku padam
masih adakah kehidupan?
Ada.
di tepi sebuah dinding
dinding tak tembus pandang
tak jua terobohkan daya
sekat impian dan kenyataan.
Di sini ku mengintip
gemerlap mimpi dan gemerincing bintang
membuai dan menyilaukan
lalu, disadarkan sebuah jeweran.
Aku hanya jemuran yang terkatung-katung di tiang
tanpa penyangga tanpa penopang
terpasung penjepit pakaian
kubergantung pada seutas tali
yang kadang tebal kadang tipis
sepi, sunyi, sendiri
beruntung masih ada matahari.
Berkali-kali hujan berganti kemarau
aku kering kerontang
sisa bilasan terakhir mengering di badan
aku kedinginan.
Ronaku pudar
warnaku kian suram
jiwaku padam
masih adakah kehidupan?
Ada.
Yang dibisikan angin,
sebuah harapan
ada gemerincing bintang dan nyala impian di balik dinding kehidupan.
namun,
aku adalah jemuran.
***
ujung harapan awal impian, 11 mei 2011
sebuah harapan
ada gemerincing bintang dan nyala impian di balik dinding kehidupan.
namun,
aku adalah jemuran.
***
ujung harapan awal impian, 11 mei 2011
Komentar
Posting Komentar