Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

belum cahaya, masih debu

Sayang, aku belum bisa jadi cahaya Masih menjadi debu di telunjuk entah siapa di sepatu entah siapa sayang, aku belum bisa jadi cahaya meski senyala lilin paling redup pun tidak aku masih debu masih berpusing diantara bola lampu sayang, aku belum bisa jadi cahaya masih menjadi debu di jalanan yang berliku di hari yang entah kapan akan berlalu sayang, aku belum bisa jadi cahaya aku masih debu yang lelah, lemah, dan tak tentu arah yang mungkin rebah pada sebuah pasrah Harumi Salamia@Pwk_270914

Rinduku Pada-Mu

Meski tak hilang Kuingin mencari-Mu lagi dan lagi Meski tak sembunyi Kuingin menemukan-Mu terus dan terus Hingga tiba perjumpaan Saat Kau memanggilku Kembali padamu Pada pelukan paling tentram Yang paling kurindukan Pwk, 20092014

Mimpi

tahu tidak bagaimana rasanya mati? malam tadi aku berkesempatan mencicipinya sedikit. ceritanya begini.... Sudah beberapa hari aku menahan diri, tidak menyentuh komputer meski hanya sesekali. sebab, rumit jika dijelaskan di sini, intinya aku terlarang untuk 'bermain' dengan alat canggih yang bukan milikku itu. Ya, meskipun aku dan alat itu tinggal dalam satu ruangan sekalipun, faktanya dia bukan milikku. walaupun, pemiliknya sendiri pernah 'membebaskan' aku untuk menyentuh benda itu, tapi toh pada akhirnya dia sendiri yang bersikap seolah mengharamkan aku memanfaatkan benda itu lagi. padahal, diluar pengetahuan mereka, 'pekerjaanku' menuntut untuk menggunakannya. sampai suatu hari aku tak sanggup lagi menahan diri. aku pergi keluar, menyebrang jalan. ada sebuah karimun berwarna merah maroon yang masih baru terparkir di pinggir jalan. aku mendekati mobil sang pemilik komputer itu. aku tidak memikirkan keanehan mengapa mobil itu terparkir di luar, atau kegan

AJAL

maut pernah kupeluk detik itu aku merasa hidup ... tahu tidak bagaimana rasanya mati? malam tadi aku berkesempatan mencicipinya sedikit. ceritanya begini.... Sudah beberapa hari aku menahan diri, tidak menyentuh komputer meski hanya sesekali. sebab, rumit jika dijelaskan di sini, intinya aku terlarang untuk 'bermain' dengan alat canggih yang bukan milikku itu. Ya, meskipun aku dan alat itu tinggal dalam satu ruangan sekalipun, faktanya dia bukan milikku. walaupun, pemiliknya sendiri pernah 'membebaskan' aku untuk menyentuh benda itu, tapi toh pada akhirnya dia sendiri yang bersikap seolah mengharamkan aku memanfaatkan benda itu lagi. padahal, diluar pengetahuan mereka, 'pekerjaanku' menuntut untuk menggunakannya. sampai suatu hari aku tak sanggup lagi menahan diri. aku pergi keluar, menyebrang jalan. ada sebuah karimun berwarna merah maroon yang masih baru terparkir di pinggir jalan. aku mendekati mobil sang pemilik komputer itu. aku tidak memiki