Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

rangkuman materi Tafsir (pengantar)

rangkuman ini berisi pendapat saya pribadi berdasarkan apa yang saya pahami dari penjelasan dosen tafsir di tempat dimana saya menjalani perkuliahan pada saat ini (2014). Al-qur'an merupakan kalamullah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw. untuk disampaikan kepada umatnya. kitab ini berisi pesan. petunjuk dari Allah sebagai pedoman bagi hidup manusia. agar dapat mengetahui petunjuk tersebut, manusia haruslah membaca serta memahami isi al qur'an tersebut. anwalaupun al qur'an (mushaf) itu tertulis dalam bahasa Arab, tetapi bukan berarti petunjuk dalam al-qur'an tersebut hanya diperuntukan bagi sebagian golongan umat atau satu bangsa saja. islam merupakan rahmatan lil alamin, jadi kitab suci al-qur'an pun diperuntukan bagi seluruh umat manusia. tetapi, dalam kenyataannya ada manusia yang merima, ada pula yang menolak kebenaran al-qur'an tersebut. hal itu tidak hanya terjadi pada masa sekarang saja, tetapi pada masa Nabi pun hal itu sudah terjadi. dan sala

Itu Aku

Belajar tentang ilmu pendidikan dan psikologi telah 'menghajar' bukan saja otak tapi juga hati ini. Kau tahu, psikologi bilang anak yang dibesarkan dengan lumuran hinaan akan tumbuh tanpa percaya diri. Dan, ilmu pendidikan berkata bahwa rumah adalah sekolah pertama. Lalu, bagaimana jika di rumah pertamanya seorang anak justru merasa kenyang dengan ejekan dan hinaan? Jawabannya dikatakan oleh hatiku. Dia bilang itu aku. Banyak pertanyaan mengenai prilaku orang tua atau siswa yang 'aneh' diajukan oleh teman-temanku. Mulai mengenai siswa yang pendiam, atau orang tua murid yang 'salah' menerapkan pola pengasuhan. Semuanya seperti panah yang melesat langsung ke hatiku. dia bilang itu aku. Kadang aku terjebak pada konflik tawa dan air mata. Sulit menentukan harus sedih atau bahagia. Pesis seperti monalisa yang senyumnya dilatari tebing terjal dan kelam. Saat menatap wajah di cermin, kutemukan senyum yang ironi.  a monalisa's smaile. Dia bilang itu aku. Kau

Tidak Perlu Kata-kata

dia tidak perlu anak panah untuk menembus jantungmu, menghantarkan pedih di matanya itu ke hatimu. pada langkahnya yang gontai, kau pasti mampu membaca betapa duri dan kerikil berserakan di telapak kakinya. dia tidak perlu kata-kata untuk memintamu mengasihaninya. sayang, cahaya dari kaca pusat perbelanjaan kadang menyilaukan pandangan. dia melihatmu bagai bermandikan gemerlap sinar, sedang dia bagai langit sebelum hujan. dia melihatmu makan, berjalan riang, bersenda gurau dan tertawa cekikikan. dia melihatmu melihatnya atau pura-pura tidak melihat. kau belajar dari buku tentang prilaku begini dan begitu dia belajar darimu tentang begini dan begitunya laku dan liku-liku kau tidak akan sanggup menempuh pengalaman sekeras dia melawan angin dan menadah hujan hingga tak satu kepedihan pun sanggup menjatuhkan air dari matanya meski masa depannya tak bermentari, dia telah menerima janji setia dari dinginnya udara dan kelamnya hari. dia tidak perlu anak panah unt

Resensi Catatan Musim

Cinta Sehangat Seduhan Teh Detail buku: Judul: Catatan Musim Penulis: Tyas Effendi Penerbit: Gagas Media Tebal: 280 hlm Cetakan I, Oktober 2012 ISBN: 979-780-4712 Nuansa yang tersaji pada cerita di seluruh halaman novel ini adalah kehangatan. Ada rasa manis dan juga pahit persis seperti  yang tertuang dalam cangkir-cangkir teh Tya dan Agam. Aroma teh dan kebiasaan unik yang dilakukan Tya dan Agam berkaitan dengan cangkir tersebut sepertinya menjadi sebuah kekuatan yang membuat novel tentang cerita cinta remaja ini memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan novel-novel remaja pada umumnya. Kekuatan novel ini bukan terletak pada cinta seorang gadis bernama Tya Mahani, seorang mahasiswa pecinta seduhan the yang bekerja sebagai penerjemah buku, terhadap seorang pemuda berkaki satu bernama Gema Agasta, yang juga seorang mahasiswa sekaligus pelukis.  Cinta semacam itu mudah dijumpai pada novel remaja lainnya. Namun, di sini, Tyas Effendi (penulis) berhasil membuat ci

sweetest thing in my life #2

'sahabat' dulu kata itu tidak pernah ada dalam kamusku. bukan karena aku musuh sosial, melainkan karena aku tidak pernah merasakan kedekatan emosional dengan seseorang. mungkin karena hal itu tidak dipelajari secara formal di bangku sekolah. tapi, nyatanya, di lingkungan terdekatpun, aku tidak dapat memperolehnya. selama bertahun-tahun, orang-orang yang menemaniku, khususnya di sekolah, hanya menyandang predikat teman saja. aku tidak pernah berani menjatuhkan sepenuh kepercayaanku kepada seseorang hingga ia layak kusebut sahabat. walaupun begitu, aku tetap bersikap baik dan manis kepada siapapun. namun, karena terlalu dingin dan pendiam, hanya sedikit sekali yang mau menjadi teman. kondisi itu berjalan sejak TK hingga SMP. ketika pendaftaran SMK, aku baru merasakan ada yang 'salah'. di tempat itu, aku kembali bersekolah dengan beberapa teman SMP, tetapi aku merasaterasing sendirian di tengah-tengah orang yang kukenal. aku lelah tidak memiliki siapa-siapa ketika

Kisah yang lebay 2 tahun lalu (kalau ngak salah) :D

Selalu ada cerita sepulang kerja. Hari ini pun sama. Lebih dari itu kisah hari merupakan yang paling menguras emosi. Begini ceritanya... Beberapa hari ini nenknonk terlihat lebih pendiam dari biasanya. Rekan satu angkotnya yang paling cerewet saja sering kali menyinggung dengan mengatakan bahwa nenknonk lah yang paling ‘sunyi’ jarang bersuara. Biasanya nenknonk memang tidak banyak kata, tapi sesekali ia juga suka nimbrung dalam pembicaraan dalam angkot disetiap pagi dan petang. Angkot yang mereka tumpangi kan ‘exlusive’. Penumpang angkot ini tetap, kurang lebih 10 orang yang sama, yang bekerja di sebuah pabrik yang sama, yang berangkat dan juga sering pulang bersama-sama. Angkot ini adalah milik bersama (jiaaah....ngaku-ngaku). Kami menyebut sistem carter angkot seperti ini dengan istilah ‘abodemen’ karena kami membyar ongkosnya sebulan sekali. Nah, kembali ke masalah diamnya nenknonk belakangan ini. Apakah yang sebenarnya terjadi? Nenknonk sendiri sebenarnya menanyakan hal y