dia tidak perlu anak panah untuk menembus jantungmu, menghantarkan pedih di matanya itu ke hatimu.
pada langkahnya yang gontai, kau pasti mampu membaca betapa duri dan kerikil berserakan di telapak kakinya.
sayang, cahaya dari kaca pusat perbelanjaan kadang menyilaukan pandangan.
dia melihatmu bagai bermandikan gemerlap sinar, sedang dia bagai langit sebelum hujan.
dia melihatmu makan, berjalan riang, bersenda gurau dan tertawa cekikikan.
dia melihatmu melihatnya atau pura-pura tidak melihat.
kau belajar dari buku tentang prilaku begini dan begitu
dia belajar darimu tentang begini dan begitunya laku dan liku-liku
kau tidak akan sanggup menempuh pengalaman sekeras dia melawan angin dan menadah hujan
hingga tak satu kepedihan pun sanggup menjatuhkan air dari matanya
meski masa depannya tak bermentari, dia telah menerima janji setia dari dinginnya udara dan kelamnya hari.
dia tidak perlu anak panah untuk menembus jantungmu, menghantarkan pedih di matanya itu ke hatimu.
pada langkahnya yang gontai, kau pasti mampu membaca betapa duri dan kerikil berserakan di telapak kakinya.
dia tidak perlu kata-kata untuk memintamu mengasihaninya.
katakanlah kau menoleh, katakanlah kau peduli, katakanlah kau iba,
yang dibutuhkannya bukanlah sekedar kata-kata.
dia sudah menyentuhmu, maka sentuhlah dia.
***
dengan ini kusampaikan kepada kalian kepedihan yang terbaca dimata seorang anjal.
pwk, 2515.
Komentar
Posting Komentar