Gilaaaaaaaa....
Akhir pekan kali ini, seperti biasa, Nenknonk kelayaban. Berkelana
berkelililng keliling kota hendak melihat lihat keramaian yang ada. nenknonk
panggilkan beca, eh...salah. Nenknonk jarang naik beca. Dia lebih suka jalan kaki.
Sampai sampai suatu kali dia pernah dikatain tukang beca seperti ini,
"Deuh, ari nu beunghar mah mending keneh nikreuh daripada naek beca."
Dan Nenknonk pun mengutip ungkapan yang biasa dilontarkan Onday, sahabatnya,
"Sedil pisan lah." Sungguh, tidak ada kebencian sedikitpun di hati
Nenknonk terhadap satu orang tukang beca pun di dunia ini. Sungguh, dia punya
kenangan masa kecil yang indah bersama beca. Sungguh pula, satu satunya alasan
utama mengapa dia tidak mau naik beca adalah persoalan ekonomi semata.
"Beca lebih mahal daripada ojeg, Mang" Dan Nenknonk kurang suka naik
ojeg, kecuali kalau kepepet. hehe. Kemana mana dia naik angkot.
Hari ini pun dia naik angkot.
Heu...sempat juga Nenknonk berkhayal, seandainnya saja dia bisa naik motor,
pasti lebih hemat biaya dan waktu.Tapi, ya sudahlah, itu sudah takdir. hohoho.
Walaupun ribet, capek dan tidak praktis, ia tidak punya pilihan lain. Ngangkot
saja lah.
Ngangkot itu seru lho. salah satu
keseruannya seperti yang terjadi hari ini. Nenknonk baru saja selesai
menghadiri kajian FLP Purwakarta. Dia dan seorang temannya berdiri di pinggir
jalan untuk mencegat angkutan umum alias angkot. Saat kendaraan yang dinanti
itu muncul, Nenknonk segera berpamitan dengan temannya.
"Assalamualaikum," Tak lama setelah mengucap salam
Nenknonk langsung memburu pintu angkot yang sudah berhenti di depannya. Dia
masuk ke dalam mobil kosong itu denagn disambut ucapan,
"wa'alaikumsalam" dari sang sopir. Seperti semacam 'salam sindiran'
yang biasa dilontarkan preman pinggir jalan kalau ada seorang gadis berjilbab
lewat di hadapannya. Seorang penumpang yang duduk di jok depan sepertinya
tertawa atau menyanggah atau entah apalah. Tidak jelas apa yang mereka
bicarakan sebenarnya.
Kemudian dalam obrolan mereka, sopir angkot bertubuh subur itu
berkata, "Yeuh kalau ada yang mengucapkan salam itu wajib kita jawab.
sekalipun salam tersebut bukan ditujukan kepada kita. contoh: Kalau ada tamu ke
rumah tetangga kita. Tetangga kita sedang pergi, dia tidak mendengar salam.
lah, kita yang mendengar salam itu wajib menjawabnya."
Nenknonk mesem mesem sendiri. Kebetulan dia satu satunya penumpang
di jok belakang.
Sopir angkot terus nyerocos menceramahi penumpang di sebelahnya,
"Dengan salaing memeberi salam itu bisa menyambungkan silaturahmi. Dengan
silaturahmi bisa membuka pintu rezeki. Ya, mudah mudahan we, salamna ku urang
dijawab, heg Allah teh mere rezeki ka urang."
Tidak lama setelah penumpang di kursi depan itu sampai di tujuan.
seorang ibu menghentikan kendaraan. Nenknonk pun dapat teman di kursi belakang.
Dan, syukur alhamdulillah. ternyata ibu ibu yang baru naik itu adalah tetangga
sekaligus guru SD nya dulu. Usai prosesi 'reuni guru murid' itu, suasan di di
dalam angkot rada sepi. Sang sopir tidak banyak cingcong lagi.
Baru setelah penumpang berikutnya dan
berikutnya dan berikutnya naik, hingga mobil angkot itu penuh dan satu orang
diantaranya ‘terpaksa’ harus duduk di sebelah sopir. Maka, masinis angkot
itupun berkicau riang kembali.
“Jangan takut, Neng. Duduk di sini aja
deket supir. Biarpun saya berkulit hitam pekat, tapi hatinya mah da kayak
malaikat.”
“Hahay…” Penumpang di kursi belakang
yang nota bene bergender perempuan, semuanya mesem mesem menahan tawa.
“Yeuh, kalau cari suami, cari aja yang
kulitnya hitam.” Sang pilot beraksi lagi dibelakang setir, ”Nggak usah takut. Kalau
punya suami hitam begini mah nggak usah pergi haji lagi. Tiap hari jum’at,
kalau suami pulang sholat jum’at, cium tangannya yang hitam itu. Berkah.
Pahalanya sama kayak naik haji beneran. Apalagi kalau suaminya hitam gitu.
Nyium suami teh jadi berasa nyium ka’bah. Anggap aja hajar aswad.”
Tawa penumpang pun meledak.
‘Ckckck….hampyun dweh, Mang’
Sopir angkot yang satu ini memang
berbakat jadi comic deh kayaknya. Ya…beginilah ‘indahnya’ ngangkot :D
Pwk, 080613.
Komentar
Posting Komentar