Langsung ke konten utama

EPISTEMOLOGI #makalah



1.     EPISTEMOLOGI

Pengertian Epistemologi
Secara bahasa, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan, pikiran atau ilmu. Kata episteme sendiri berasal dari kata kerja pistamai yang artinya mendudukkan, menempatkan atau meletakkan. Sehingga episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukkan yang tepat. Dalam bahasa Yunani, pengetahuan juga disebut gnosis. Maka, dalam catatan sejarah, epistemologi juga pernah disebut dengan istilah gneseologi.
Dalam bahasa Inggris, epistemologi dikenal dengan istilah theory of knowledge yang artinya adalah teori tentang pengetahuan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia biasa disebut sebagai fisafat pengetahuan. Secara etimologis, epistemologi diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar. Dan, secara terminologi diartikan sebagai ilmu tentang hakikat pengetahuan. Sehingga epistemologi sering juga disebut sebagai pengetahuan diatas pengetahuan.
Istilah epistemologi sendiri pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F. Farrier dari Institute of Methaphysic  pada tahun 1854 dengan tujuan untuk membedakan dua cabang filsafat, yaitu: epistomologi dan ontologi.
Cabang utama filsafat sendiri ada 3:
1.               Ontologi, yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang keberadaan atau eksistensi.
2.               Epistemologi, yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan.
3.               Aksiologi, yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai.
Epistemologi merupakan cabang utama ke-2 pada filsafat. Yang berkaitan erat dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Seperti yang dijelaskan oleh Runes pada kamusnya (1971) bahwa epistemology is the branch of philoshophy which investigetes the origin, stuctur, method and validity of knowledge. Jadi, pada dasarnya, epistemologi adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dan dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. yaitu suatu kegiatan mengenai perencanaan yang matang dan mapan, sistematik, dan logis.
Yang menjadi pokok persoalan dalam epistemologi adalah sumber, asal mula dan sifat dasar pengetahuan; bidang, batas, dan jangkauan pengetahuan; serta validitas dan reabilitas terhadap berbagai klaim pengetahuan. Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemologi juga berkisar pada masalah peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, serta bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia.
Objek material epistemologi atau materi yang dijadikan objek dalam epistemologi adalah pengetahuan (knowledge). Sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan.
Dalam pencarian (epistemologi) suatu pengetahuan, terdapat 3 elemen filsafat ilmu yang berperan penting, yaitu:
a.      Orang yang bertindak melakukan kegiatan mencari tahu guna memperoleh pengetahuan (knower)
b.     Kegiatan nalar dari orang yang melakukan kegiatan mencari tahu tersebut (knowing).
c.      Pengetahuan yang kita ketahui melalui persepsi, pertaliannya dengan ingatan dan asosiasi (knowledge).

2.     Macam-Macam Epistemologi

1.     Berdasarkan cara kerja atau metode pendekatan yang diambil terhadap gejala pengetahuan, epistemologi dapat dibedakan menjadi:
a.      Epistemologi metafisis, yaitu epistemologi yang mendekati gejala pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengandaian metafisis tertentu. Epistemologi semacam ini berangkat dari paham tertentu tentang suatu kenyataan, lalu membahasnya tentang bagaimana manusia mengetahui kenyataan tersebut seperti yang dilakukan oleh Plato.
b.     Epistemologi skeptis, yaitu seperti yang dikerjakan Descrates. Skeptisme metodis. Yang merupakan startegi awal untuk meragukan segala sesuatu justru dengan maksud agar samapi pada suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi.
c.      Epistemologi Kritis, yaitu epistemologi yang berangkat dari asumsi, prosedur, dan pemikiran akal sehat atau ilmiah sebagaimana yang kita temukan dalam kehidupan tanpa memprioritaskan epistemologi metafisik atau epistemologi tertentu.

2       Berdasarkan objek yang dikaji, epistemologi terbagi menjadi: Epistemologi individual dan epistemologi sosial.


3.     Pengetahuan
Secara sederhana, apa-apa yang diketahui tentang sesuatu, bisa disebut sebagai pengetahuan. Pengetahuan memiliki subjek yaitu yang mengetahui dan objeknya adalah sesuatu yang diketahui atau hendak diketahui.
Menurut Profesor Soejono Soemargo (1997:10) pengetahuan terbagi menjadi:
1.               Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun:
a.      Pengetahuan biasa (ordinary knowladge atau common sense).
Pengetahuan jenis ini bersifat subjektif, cenderung selalu benar sejauh hal itu normal dan tidak menyimpang. Pengetahuan ini terbagi lagi menjadi 2:
-        Pengetahuan nir-ilmiah, yaitu hasil pencerapan dengan indra terhdap objek tertentu (intuitif).
-        pengetahuan pra-ilmiah, yaitu hasil pencerapan indrawi dan pengetahuan yang merpakan hasil pemikiran rasional yang tersedia untuk diuji kebenarannya melalui metode ilmiah.
b.     Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Pengetahuan semacam ini dikenal dengan istilah science. Bersifat relatif karena kandungan pengetahuan ilmiah akan selalu mendapatkan revisi atau pembaharuan sesuai dengan penelitian yang paling mutakhir. Ciri-cirinya adalah: berlaku umum, memiliki pemikiran otonomi, memiliki dasar pembenaran, sistematik dan intersubjektif.
c.      Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge)
Peengetahuan filsafat adalah jenis pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan atau metodologi pemikiran filsafat.  Sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan spekulatif. Sifat pemikirannya adalah absolut-intersubjektif atau nilai kebenaran nya selalu merupakan pendapat yang selalu mendapatkan pembenaran dari filsuf yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama.
d.     Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang didasarkan pada keyakinan atau ajaran agama tertentu. Sifatnya dogmatis. 
2       Pengetahuan dipandang dari kriteria karakteristik, maka dibedakan menjadi:
a.      Pengetahuan indrawi ialah pengetahuan yang didasarkan pada sens atau indra atau pengalaman manusia sehari-hari.
b.     Pengetahuan akal budi ialah pengetahuan yang didasarkan pada kekuatan rasio.
c.      Pengetahuan intuitif
d.     Pengetahuan yang memuat pemahaman secara tepat.
e.      Pengetahuan kepercayaan (pengetahuan otoratif).
f.      Pengetahuan yang dibangun atas dasar kredibilitas seorang tokoh atau kelompok orang yang dianggap ahli di bidangnya.
Sedangkan, menurut Plato, pengetahuan dibagi menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan berdasarkan karakteristik objeknya, yaitu :
a.      Pengetahuan khayaan (eikasia), ialah pengetahuan yang obyeknya berupa bayangan atau gambaran.
b.     Pengetahuan pistis (pistis), ialah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
c.      Pengetahuan matematik (dianoya), tingkatan yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau obyek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimna cara berfikirnya.
d.     Pengetahuan filsafat (noesis), ialah berfikir tanpa mengunakan pertolongan gambar, diagram melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak.

4.     Sumber-sumber pengetahuan
Para filsuf memberikan jawaban yang berbeda mengenai apa yang menjadi sumber-sumber pengetahuan. Plato, Descrates, Spinoza dan Leibniz mengatakan bahwa akal budi atau rasio adalah sumber utama bagi pengetahuan. Mereka berpendapat bahwa setiap pendapat atau pandangan yang bertentangan dengan akal budi tidak mungkin benar. Sebab, pikiran memiliki fungsi yang amat penting dalam proses mengetahui.
Menurut Black Gurn (1994:123, dalam The Oxford Dictionary of Philosophy), semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia; tanpa pikiran, pengetahuan tidak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara pengetahuan dan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati.
Bahm (1995:127-144, Epistemology The Theory of Knowledge) menyebutkan 8 hal penting yang membentuk stuktur pikiran manusia: Mengamati, menyelidiki, mempercayai, hasrat, maksud, mengatur, menyesuaikan dan menikmati.
Filsuf yang lainnya, seperti Balcon, Hobbes dan Locke, menyatakan bahwa pengalaman indrawilah yang menjadi sumber utama bagi pengetahuan, bukannya akal budi. Dua pendapat ini saling bertentangan sekaligus saling berkaitan.
Immanuel Kant pun memberikan jalan tengahnya. Ia menyatakan bahwa akal budi manusia hanya dapat berfungs sebagaimana mestinya bila dihubungkan denagn pengalaman.

5.     Metode untuk memperoleh pengetahuan
Pertanyaan utama dalam permasalahan epistemologi (pengetahuan) yang dimunculkan dan dibahas adalah mengenai bagaimana cara memperoleh pengatahuan? atau lebih tepatnya bagaimana metode untuk memperoleh pengetahuan? Menurut kajian epistemologi terdapat beberapa metode untuk memperoleh pengetahuan, diantaranya adalah :
1.     Metode Empirisme
Menurut paham empirisme, metode untuk memperoleh pengetahuan didasarkan pada pengalaman yang bersifat empiris, yaitu pengalaman yang bisa dibuktikan tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia. Seperti petanyaan-pertanyaan bagaimana orang tahu es membeku? Jawab kaum empiris adalah karena saya melihatnya (secara inderawi/panca indera), maka pengetahuan diperoleh melalui perantaraan indera.
2.     Metode Rasionalisme
Berbeda dengan penganut empirisme, karena rasionalisme memandang bahwa metode untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui akal pikiran. Bukan berarti rasionalisme menegasikan nilai pengalaman, melainkan pengalaman dijadikan sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk memperoleh suatu pengetahuan. Menurut Rene Descartes (Bapak Rasionalisme), bahwa kebenaran suatu pengetahuan melalui metode deduktif melalui cahaya yang terang dari akal budi. Maka akal budi dipahamkan sebagai :
-        Sejenis perantara khusus, yang dengan perantara itu dapat dikenal kebenaran.
-        Suatu teknik deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan kebenaran-kebenaran yaitu dengan melakukan penalaran.
3       Metode Fenomenalisme
Immanuel Kant adalah filsuf Jerman abad XX yang melakukan kembali metode untuk memperoleh pengetahuan setelah memperhatikan kritikan-kritikan yang dilancarkan oleh David Hume terhadap pandangan yang bersifat empiris dan rasionalisme. Menurut Kant, metode untuk memperoleh pengetahuan tidaklah melalui pengalaman melainkan ditumbuhkan dengan pengalaman-pengalaman empiris disamping pemikiran akal rasionalisme. Ada empat macam pengetahuan menurut Kant :
a.  Pengetahuan analisis a priori yaitu pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman, atau yang ada sebelum pengalaman.
b.  Pengetahuan sintesis a priori, yaitu pengetahuan sebagai hasil penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri yang mempersatukan dan penggabungan dua hal yang biasanya terpisah.
c.  Pengetahuan analitis a posteriori, yaitu pengetahuan yang terjadi sebagai akibat pengalaman.
d.  Pengetahuan sintesis a posteriori yaitu pengetahuan sebagai hasil keadaan yang mempersatukan dua akibat dari pengalaman yang berbeda.
Menurut Kant, syarat dasar bagi ilmu pengetahuan adalah:
a.  Bersifat umum dan bersifat perlu mutlak.
b.  Memberi pengetahuan yang baru.
Pengetahuan tentang gejala (phenomenon) merupakan pengetahuan yang paling sempurna, karena ia dasarkan pada pengalaman inderawi dan pemikiran akal, jadi Kant mengakui dan memakai empirisme dan rasionalisme dalam metode fenomenologinya untuk memperoleh pengetahuan.
4       Metode Intuisionisme
Metode intuisionisme adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi atau pengetahuan yang ada perantaraannya.
5       Metode Ilmiah
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan bersama dan dibentuk dengan ilmu.
6       Metode Dialektis
dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub

6.     Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kebenaran
Pada dasarnya, pengetahuan digunakan untuk memperoleh kebenaran. Para filsuf menggunakan Teori Tripartit Pengetahuan (The Tripartite Theory of Knowledge) yang menganalisa pengetahuan sebagai keyakinan benar yang dibenarkan, sebagai model kerja. Teori ini mengatakan bahwa jika anda percaya sesuatu dengan justifikasi, dan memang benar, maka anda tahu itu, dan jika tidak, anda tidak tahu. Dalam teori ini juga dinyatakan ada 3 kondisi yang harus dipenuhi agar seseorang memiliki pengetahuan, yaitu: keyakinan, kebenaran dan pembenaran.  Namun teori ini terbantahkan oleh Edmond Gettier melalui ‘Kasus Gettier’-nya.
Lalu, apakah benar pengetahuan yang benar dan pasti itu ada?
Para penganut skeptisme umumnya berpendapat bahwa segala sesuatu, sekalipun ‘sudah pasti’ dapat saja disangsikan kebenarannya. Yang menjadi pedomannya adalah pernyataan socrates, “Apa yang saya ketahui ialah bahwa saya tidak mengetahui apa-apa.”
John wilkins (1614-1672) dan Joseph Glanvill (1636-1680) lalu membedakan antara pengetahuan tertentu yang sempurna dan pengetahuan tertentu yang sudah pasti. Mereka berpendapat bahwa pengetahuan manusia telah rusak atau cacat sehingga pengetahuan sempurna tidak dapat dicapai. Adapun pengetahuan pasti seperti api dapat menghanguskan, dll, hal tersebut tidak dapat diragukan lagi.
Sementara pengetahuan empiris pun juga diserang oleh David hume (1711-1776). Menurutnya, tidak ada suatu generalisasi pengalaman yang dapat dibenarkan secara rasional. Dan, Albert Camus (1913-1960), juga menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada makna, tidak ada pengetahuan yang benar secara objektif dan tidak ada nilai objektif.
Pendapat-pendapat di atas disanggah oleh Agustinus (354-450) dan Thomas Reid (1710-1796). Ungkapan yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengetahui apa-apa” adalah salah. Tidak rasional dan tidak konsisten. Sebab, ungkapan itu sendiri sudah merupakan suatu pengetahuan.
Hingga saat ini pertanyaan mendasar dalam epistemologi ini belum terpecahkan. Sehingga menjadi problem yang tetap dan terus-menerus ada, maka teori pengetahuan ini tetap merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat.

7.     Kesahihan Pengetahuan
Dalam epistemologi, ada beberapa teori kesahihan pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1.     Teori Kesahihan koherensi (coherence theory of truth).
Teori ini menegaskan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan) diakui sahih jika memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proposisi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis.
2.     Teori kesahihan korespondensi/saling bersesuaian (corespondence theory of truth).
Teori ini menyatakan bila suatu kebenaran itu sahih jika bersesuaian dengan objek pengetahuan itu. Kesahihanya dibuktikan secara langsung karena sangat berkaitan dengan indrawi.
3.     Teori kesahihan pragmatis (pragmatical theory of truth)
Teori ini menegaskan bahwa pengetahuan itu sahih jika proposisinya memiliki kegunaan atau manfaat bagi yang memiliki pengetahuan itu.
4.     Teori kesahihan semantik (semantic theory of truth)
Teori ini menekankan pada arti dan makna suatu proposisi.
5.     Teori kesahihan logikal yang berlebih-lebihan (logical superfluity theory of truth)
Teori ini menunjukan bahwa proposisi yang memiliki term yang berbeda namun mengandung informasi yang sama, maka tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya. 



Daftar Pustaka

Adi (2013). Filsafat Estimologi. From: http://pustakawan01.blogspot.com/2013/06/filsafat-estimologi.html, 22 september 2013.
Hadi, Protasius hardono, Gallagher, Kenneth T.(1994). Epistemologi Filsafat Pengetahuan. From: http://books.google.co.id/books?id=reSyBgFvuIwC&num=9&hl=id&source=gbs_book_similarbooks, 23 September 2013.
Keraf, A. Sony, Dua, Michael (2010).Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.From: http://books.google.co.id/books?id=d5GdQ9iUUngC&pg=PA43&num=9&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false, 23 September 2013.
Kristie, Rinthania (2013). Manfaat Filsafat, Pengertian Epistemologi dan terjadinya Pengetahuan. From: http://rinthania-kristi-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-61266-FILSAFAT%20ILMU-MANFAAT%20FILSAFAT,%20PENGERTIAN%20EPISTEMOLOGI%20DAN%20TERJADINYA%20PENGETAHUAN.html, 23 September 2013.
Romi (2008). Suatu Pengantar untuk Mengetahui Filsafat Ilmu. From: http://epistemologi.blogspot.com ,24 September 2013.
Syam, Nina Winangsih. 2010. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Jakarta Timur: Simbiosa Rekatama Media
Wikipedia (2013). Epistemologi. From: http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ITTIHAD & HULUL #makalah

PEMBAHASAN A.     ITTIHAD 1.       Pengertian ittihad kata Ittihad berasal dari kata ittahad-yattahid-ittahad (dari kata wahid) yang berarti kebersatuan. Ittihad menurut Abu Yazid Al Busthami, secara komperhensif maupun etimologis, berarti integrasi, menyatu atau persatuan (unity). Ittihad memiliki arti "bergabung menjadi satu". Paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Ittihād dalam ajaran tasawuf kata Ibrahim Madkur adalah tingkat tertinggi yang dapat dicapai dalam perjalanan jiwa manusia. Menurut Harun Nasution, ittihad adalah satu tingkatan seorang sufi teah merasa dirinya bersatu dengan tuhan, satu tingkatan ketika yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata, “Hai aku”. Dalam paham ini, seseorang untuk mencapai Ittihad harus m

PERADABAN ISLAM PADA MASA KHILAFAH RASHIDAH #makalah

PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Melalui sejarah kita dapat menggali masa lalu untuk dikaji ulang. Melalui sejarah juga kita dapat menemukan nilai-nilai yang pasti akan sangat bermanfaat untuk membangun masa depan. Sebab, sejarah merupakan cermin, yang menampilkan kebaikan maupun keburukan yang pernah terjadi di masa lalu. Sehingga dengan bercermin kepadanya, kita dapat senantiasa memperbaiki diri untuk masa yang akan datang. Peradaban manusia tidak pernah lepas dari sejarah. Sebaliknya, ketika mengkaji sejarah, peradaban pun tidak mungkin luput dari pembahasannya. Peradaban manusia berkembang seiring perkembangan akal pikiran manusia itu sendiri. Peradaban tersebut mengalami kemajuan dan juga kemunduran. Namun, dari sekian banyak peradaban yang tercatat dalam sejarah,  Islam pun turut menorehkan jejaknya dan mengambil peranan penting dalam sejarah perkembangan dunia hingga saat ini. Ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw hadir pada masa Jahiliyyah bagai

RINGKASAN MATERI ULUMMUL HADITS #makalah

A.     Pengertian Hadits Hadist menurut bahasa berarti الجديد yaitu ‘baru’. Pengertian ini terdapat pada beberapa ayat Al-Qur’an, antara lain Q.S. Ath-Thuur ayat 34, Q.S. Al-Kahfi ayat 6. Q.S. Adh-Dhuha ayat 11. Namun, selain itu, hadist juga dapat berarti الخبر yaitu ‘berita’ serta   القريب yang berarti ‘dekat’. Ada beberapa istilah berkenaan dengan pengertian hadist. Antara lain: 1.      As-Sunnah ( السنة ) Sunnah menurut istilah memiliki pengertian yang sama dengan hadits, tapi di sisi lain pengertian sunnah adalah lebih umum/luas daripada hadist. Sunnah mencangkup segala sesuatu yang berasal dari nabi baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat, sikap, maupun perjalanan hidup, baik setelah diangkat menjadi nabi ataupun sebelumnya. 2.      Al-Khobar ( الخبر ) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, khobar menurut bahasa berarti kabar atau berita. Sedangkan menurut istilah, khobar berarti kabar ataupun berita yang berasal dari nabi (sama denagn hadist),